Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, June 25, 2009

Misteri Bom Nuklir Amerika Serikat yang Hilang

Takut Dikuasai Teroris, Setengah Abad Ubek-Ubek Perairan Tybee Kolonel Howard Richardson pensiun dari Angkatan Udara (AU) Amerika Serikat (AS) dengan menyandang penghargaan bergengsi, Distinguished Flying Cross. Tapi, situasi yang melatari penobatannya sebagai penerbang andal masih menyisakan kontroversi sampai sekarang. ---LEBIH dari 50 tahun lalu, Richardson adalah pilot biasa di jajaran AU AS. Sampai, kejadian luar biasa pada malam buta, 5 Februari 1958, mengubah kehidupannya. Kala itu, dia terlibat dalam sebuah latihan misi sangat rahasia yang diselenggarakan rutin oleh kesatuannya. Untuk melatih konsentrasi para penerbang, latihan tersebut dibuat sangat mirip dengan aslinya. Karena itu, dalam latihan tersebut, Richardson benar-benar mengusung senjata nuklir yang disebut bom H.Semuanya berjalan normal hingga pesawat pengebom B-47 yang dikendalikan Richardson terlibat kecelakaan di udara. Tiba-tiba pesawat yang bertolak dari pangkalan AU di Florida menuju target tertentu di Rusia itu oleng. "Rasanya, pesawat kami seperti ditabrak benda dari luar angkasa. Tapi, kami ternyata ditabrak pesawat lain," ujar purnawirawan 87 tahun tersebut dalam wawancara dengan BBC kemarin (24/6). Kecelakaan itu terjadi saat pesawat berada di ketinggian sekitar 11.528 meter di angkasa North Carolina dan Georgia. Karena tabrakan dengan pesawat F-86 tersebut, sayap B-47 yang diawaki Richardson berlubang. Mesin pesawat pun rusak. "Terjadi guncangan hebat yang sangat tiba-tiba, dan api berkobar dari sisi kanan pesawat. Kami pun masih belum tahu apa yang terjadi," kisah Richardson dari rumahnya di Mississippi. Saat itu, Richardson menyangka hidupnya akan segera berakhir. Pesawat pengebom yang mengangkut bom atom 3.500 kilogram tersebut langsung meluncur ke bawah dan tidak bisa dikendalikan. "Pesawat kami dilengkapi dengan kursi pelontar. Tapi, saya meminta awak yang lain tidak menggunakannya dulu. Sebab, saya masih berusaha keras mengendalikan pesawat," ungkap penerbang pemberani itu. Untung, kerja keras Richardson membuahkan hasil maksimal. Pada ketinggian 6.096 meter di atas permukaan laut, pesawat berhasil dia kendalikan. Tapi, untuk menstabilkan laju pesawat, dia harus mengurangi beban. Keputusan besar pun diambil. Demi keselamatan seluruh awak dan orang-orang tidak berdosa yang berpotensi tertimpa pesawat, Richardson dan kopilotnya memutuskan menjatuhkan bom atom yang mereka angkut. "Keputusan tersebut spontan kami ambil. Tapi, kami yakin itu langkah yang paling baik," kata Richardson. Dia lantas mengarahkan pesawatnya ke kawasan yang tidak berpenghuni. Pesawat diarahkan ke laut lepas. Menerapkan doktrin taktis strategic air command yang memberikan wewenang penuh kepada pilot untuk memprioritaskan keselamatan awak di pesawat, Richardson melepaskan bom atom tersebut ke perairan dangkal di sekitar Pulau Tybee. Setelah melepaskan bom ke lautan tak bertuan, Richardson sukses mendaratkan pesawat. Seluruh awak pesawat berhasil selamat. Pilot F-86 yang bertabrakan dengan pesawat Richardson pun selamat berkat kursi pelontar. Tak lama setelah itu, militer AS melakukan pencarian besar-besaran di perairan sekitar Pulau Tybee untuk menemukan bom yang dijatuhkan tersebut. Tapi, sampai sekarang, pencarian formal dan informal belum membuahkan hasil. "Kini, sudah sekitar 51 tahun saya hidup bersama misteri lokasi bom atom itu," ujar Richardson. Bahaya atau tidaknya bom yang dilepaskan di lautan luas tersebut terus menjadi kontroversi hingga sekarang. Meski saat dijatuhkan dalam kondisi nonaktif, bom tersebut dikhawatirkan akan meledak jika terpicu sesuatu di dasar laut. Baik oleh aktivitas nelayan maupun para penyelam. Tapi, Richardson sangat yakin, bom tersebut aman. Sebab, senjata itu tidak dilengkapi pemicu plutonium. Kendati demikian, militer AS masih terus berupaya menemukan bom tersebut. Mereka tidak ingin senjata berbahaya itu jatuh ke tangan pihak yang tidak bertanggung jawab. Apalagi, jaringan teroris internasional. (hep/ami)


No comments:

Post a Comment