Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, June 25, 2009

Akhirnya, Obama Kecam Iran

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama tak tahan lagi berdiam diri melihat kemelut politik Iran pascapilpres. Akhirnya, dia melontarkan kritik pedas, mengecam aksi pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad yang dinilai berlebihan mengatasi unjuk rasa. "AS dan masyarakat internasional marah serta tidak tahan lagi melihat pemukulan, penangkapan, dan ancaman yang terjadi di Iran beberapa hari terakhir. Saya mengecam keras aksi kekerasan seperti ini dan bergabung dengan masyarakat Amerika lain yang meratapi para korban," papar Obama dalam jumpa pers di Gedung Putih seperti dilansir Agence France-Presse kemarin (24/6). Kritik tegas itu dilontarkan Obama setelah menyaksikan sakaratul maut ikon oposisi Neda Agha-Soltan yang beredar luas di internet. Bersamaan dengan kecaman itu, Obama menyatakan bakal mempertimbangkan kembali tawaran negosiasi dengan Iran. Bisa jadi, dia akan menarik kembali ajakan berundingnya dan menerapkan kebijakan yang sama dengan sang pendahulu, George W. Bush. Selama menjabat sebagai presiden, Bush tidak pernah mau berunding dengan para pejabat Negeri Para Mullah itu. Apalagi, setelah Iran dengan tegas menolak seruan internasional untuk menghentikan aktivitas nuklirnya."Kami masih akan menunggu akhir krisis dalam negeri (Iran) ini," kata pemimpin 47 tahun itu. Dalam kesempatan tersebut, dia kembali menegaskan bahwa pemerintahannya sama sekali tidak mencampuri urusan dalam negeri Iran. Sebelumnya, Iran menuding Obama dan Gedung Putih terlibat dalam serangkaian aksi unjuk rasa yang dipimpin Mir Hossein Mousavi. Teheran menyebut, AS dan sekutu Barat mendanai dan mendalangi aksi unjuk rasa yang memakan korban 20 jiwa itu. Lambannya Obama melontarkan kritik atas Iran sempat mengundang opini miring sejumlah politikus Partai Republik. Apalagi, sampai kemenangan Ahmadinejad dinyatakan resmi oleh Dewan Ulama Iran Selasa (23/6), Obama belum mengkritisi kebijakan Negeri Persia tersebut. Reaksi itu memancing kritik John McCain, yang dikalahkannya dalam pilpres akhir tahun lalu. "Obama terlalu takut dan terlalu lamban merespons serangkaian protes akibat kemenangan Mahmoud Ahmadinejad atas Mir Hossein Mousavi," papar politikus 72 tahun itu. Obama membalas kritik McCain itu dengan komentar yang tidak kurang pedas. "Saya adalah satu-satunya presiden AS yang menjabat di rumah panas Washington. Mungkin akan muncul perang opini antara pemerintah dan politisi Republik. Tapi, semua itu tidak ada relevansinya dengan rakyat Iran," tegas mantan senator Illinois tersebut seperti dilansir Associated Press. Sementara itu, Mohsen Rezai, capres konservatif yang juga dikalahkan Ahmadinejad, mencabut komplainnya terkait dengan kecurangan pilpres. Dalam siaran televisi Iran kemarin (24/6), dia mengaku mencabut komplainnya demi keutuhan negara. Mantan komandan Garda Revolusi itu tidak mau melihat Iran terpuruk dalam konflik politik. "Semua ini saya lakukan demi Iran," ujar capres yang menempati urutan ketiga perolehan suara versi kementerian dalam negeri itu. Media Iran melaporkan, Ahmadinejad bakal dilantik sebagai presiden untuk masa jabatan kedua sekitar 26 Juli hingga 19 Agustus. (hep/ami)


No comments:

Post a Comment