Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, July 16, 2009

Pihak Sekolah Bantah MOS sebagai Penyebab Kematian Roy

KEPALA SMAN 16 Surabaya Abu Djauhari menyatakan, kematian siswa barunya, Roy Aditya Perkasa, terjadi di luar jadwal MOS. Menurut dia, pelaksanaan MOS hari terakhir di sekolah itu kemarin (15/7) sebenarnya berjalan lancar. Dia mengatakan, pelaksanaan MOS resmi ditutup pukul 13.00. Sampai penutupan, tidak ada insiden apa pun. Karena itu, pihak sekolah menolak tudingan bahwa MOS disebut sebagai penyebab kematian siswanya.Setelah MOS ditutup, siswa baru diwajibkan mengikuti pentas seni yang diadakan organisasi siswa intra sekolah (OSIS) di Aula SMAN 16 tersebut. Tradisinya, pentas seni memang diadakan setiap penutupan MOS, untuk menyambut siswa baru. Tapi kegiatan itu, kata Abu, sudah diluar kegiatan MOS.''Siswa kelas 10 (siswa baru, Red) juga ikut di pentas seni itu. Sebanyak 239 siswa menyimak pentas seni tersebut sambil duduk bersila,'' kata Abu Djauhari kemarin (15/7).Nah, pada pukul 15.00, Roy Aditya Perkasa jatuh pingsan. Roy pingsan dengan celana basah karena kencing. Melihat Roy pingsan, pengurus OSIS dan peserta lain membawa Roy ke unit kesehatan sekolah (UKS). ''Pertolongan pertama ya seadanya. Memberi bau-bauan dan lainnya. Kami lantas memanggil orang tuanya,'' tuturnya. Tak lama kemudian, kata Abu, orang tua Roy, Saidi dan Muryantini, yang tinggal di Tropodo datang ke sekolah. Mereka terkejut melihat kondisi Roy. ''Lek kesel kok mesti semaput,'' tutur Abu menirukan ucapan orang tua Roy saat menjemput Roy di UKS.Orang tua Roy lantas membawa Roy ke Rumah Sakit Islam (RSI) di Jemursari yang tak jauh dari sekolah. ''Di situlah Roy mengembuskan napas terakhir,'' ucapnya. Jenazah Roy lalu dibawa ke RSUD dr Soetomo untuk diotopsi.Pihak sekolah juga menyangkal anggapan bahwa MOS yang diselenggarakan pihaknya sangat keras. Wakil Kepala SMAN 16 Eddy Suwarno mengatakan, pihaknya melakukan MOS sesuai dengan kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Dia menjelaskan, kegiatan tersebut berjalan sangat santai. ''Tidak ada pressure ketat di acara tersebut. Memang, pada hari terakhir kemarin, pelaksanaan MOS berlangsung lebih lama, antara pukul 06.00 hingga 19.00 malam. Biasanya, pukul 13.00 siswa sudah boleh pulang,'' terangnya.Keterangan Eddy tersebut diamini oleh Ketua Osis SMAN 16 Mutarrom. Dia menuturkan, MOS yang diadakan sekolahnya berjalan santai. Tetapi, di sisi lain, dia mengakui bahwa MOS tersebut memberikan tekanan mental yang sangat besar pada siswa baru. ''Kami memang menekankan materi untuk berpikir,'' tegasnya. Ketika ditanya apakah Roy tidak diperbolehkan makan mi dan nasi, Mutarrom menggeleng tidak tahu. Dia menyebut, masing-masing gugus (kelompok) dalam acara tersebut memiliki kebijakan yang berbeda. Roy, kata Muttarom, berada dalam gugus Kalimantan Timur. Ada 12 gugus dalam kepanitiaan tersebut. ''Masing-masing gugus punya kebijakan sendiri. Jika gugus tempat Roy tidak memperbolehkan siswa makan nasi, hal itu bisa saja terjadi,'' terangnya.Di sisi lain, Muttarom mengatakan bahwa para siswa baru diwajibkan membawa barang-barang untuk MOS penutupan. ''Ini kan kami lakukan untuk upacara api unggun, jadi memang banyak yang harus dipersiapkan,'' ucapnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadispendik) Surabaya Sahudi belum mau berkomentar terkait dengan meninggalnya siswa SMAN 16 di ajang MOS tersebut. Pejabat asal Banyuwangi itu langsung menutup telepon ketika dikonfirmasi mengenai hal tersebut. ''Nanti saja,'' ujarnya, kemudian langsung menutup telepon.Sebelum MOS itu berlangsung, sebenarnya Dispendik telah mengeluarkan surat edaran kepada para kepala sekolah. Intinya, pelaksanaan MOS tidak diwarnai dengan perpeloncoan dan militerisme. Selain itu, dispendik melarang sekolah menyuruh siswa membawa barang-barang yang sulit didapat. (alb/dan/sha/nur/tom)


No comments:

Post a Comment