Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, July 20, 2009

Nur Hasdi Menghilang Tanpa Kabar Sejak 2001

Ketua Umum Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) Abdurrahman Assegaf, Sabtu lalu (18/7) menyebut nama Nur Hasbi alias Nur Hasdi alias Nur Sahid sebagai pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott. Data yang diungkap Abdurrahman itu bisa jadi benar. Sebab, pria bernama asli Nur Hasdi itu menghilang tanpa kabar berita sejak 2001. Fakta ini terungkap ketika kemarin Radar Semarang (Jawa Pos Group) mendatangi rumah keluarga Nur Hasdi di Desa Katekan, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Kabar bahwa Nur Hasdi menjadi pelaku bom di Jakarta cepat menyebar di desa yang terletak di kawasan timur lereng Gunung Sindoro itu. Di antara tetangga Nur Hasdi, banyak yang belum bisa memercayai kabar tersebut. Keraguan tetangga atas keterlibatan Nur Hasdi itu sangat beralasan. Sebab, mereka mengaku mengenal sosok Nur Hasdi sangat jauh dari kesan pembunuh atau bahkan pengebom. "Orangnya ramah dan baik, Mas, selama tinggal di desa ini. Memang, saya dengar dulu pernah nyantri di pondok. Tapi, kami tidak tahu di mana pondoknya," papar Haryanto, salah satu tetangga Hasdi. Jika tetangga tidak percaya, apalagi ayah Hasdi. "Saya berharap kabar itu keliru," kata Muhammad Nassir, ayah Hasdi, di rumahnya yang sangat sederhana. Pria 60 tahun itu mengaku sangat terpukul dengan kabar yang menyebutkan anaknya menjadi pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott. "Sabtu lalu saya didatangi polisi. Saya sangat kaget," kata bapak enam anak itu. "Saya tidak percaya Hasdi tega melakukan itu," imbuhnya, kali ini dengan kedua mata yang tampak berkaca-kaca. Jika yakin bahwa Hasdi tidak melakukan aksi bom bunuh diri, lantas ke mana perginya pria kelahiran 24 Juli 1974 itu? Nassir mengakui, dia kehilangan kontak dengan anak ketiganya itu sejak 2001. "Sejak itu dia meninggalkan Temanggung bersama istri dan kedua anaknya," ujarnya. "Kabar terakhir, dia berada di Klaten. Namun, setelah saya cari, tidak pernah ketemu. Namun, saya yakin, anakku bukan pelakunya. Dia anak baik kok," tutur pria yang semua rambutnya sudah memutih itu. Dia menambahkan, Nur Hasdi menikah dengan Dwi Pratiwi pada 1999 (menurut Abdurrahman Assegaf, istri Nur Hasdi bernama Ida Parwati), setelah menjalani pendidikan di sebuah pondok pesantren di Temanggung. "Setelah pernikahan itu, dia (Hasdi) tinggal di rumah mertua di Klaten. Sebelum 2001, dia sering pulang ke rumah, apalagi saat Lebaran. Tetapi, setelah itu kami tidak tahu," katanya.Meski tidak tahu keberadaan anak hasil buah perkawinannya dengan Tumini, Nassir terus berusaha mencarinya. Terakhir, dia mengaku pergi ke besannya di Klaten. Namun, lagi-lagi usahanya tidak membuahkan hasil. Menurut keluaga di Klaten, Nur Hasdi pamit pergi ke Semarang untuk berkerja. "Kami mendapat kabar kalau Nur menjadi tukang duplikat kunci di Semarang. Kami mencarinya, tetapi tidak menemukan. Keluarga Klaten juga mengatakan Hasdi tidak pernah pulang," urainya.Udi Masud, salah satu adik Nur Hasdi, membantah bahwa kakaknya terlibat pengeboman. "Saya juga meyakini jika itu bukan kakak saya, apalagi masuk jaringan Jamaah Islamiyah, meski dia pernah nyantri juga di Ngruki," jelasnya sambil menunjukkan foto kakaknya. (mukhtar/jpnn/kum)

No comments:

Post a Comment