Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, July 20, 2009

Pengantin yang Tak Pernah Habis

Menjadi pelaku bom bunuh diri membutuh­kan nyali yang sangat tinggi. Sulit membayangkan apa yang ada di benak mereka. Umpama­nya, mereka melakukan eksekusi pagi hari, apa­kah di malam hari bisa tidur nyenyak? Apa­kah mereka sudah meraba-raba alam di sana se­telah kematian itu? Hanya mereka yang ber­nyali besar yang bisa melewati masa-masa jelang ajal tersebut. Pelaku bom bunuh diri tak pernah habis. Se­rentetan serangan teror menunjukkan, orang ber­nyali besar tersebut selalu muncul. Saat bom B­a­li I yang meluluhlantakkan Kuta, seorang laki-laki dari desa terpencil di Banten bernama Iqbal membawa bom yang menewaskan lebih dari 200 orang tak berdosa. Saat bom Marriott pada 2003, kepala Asmar Latin Sani terlepas hing­ga ke lantai tiga saat bom yang dibawanya me­ledak meluluhlantakkan hotel megah itu. Heri Gu­lon, pemuda asal Jawa Barat, juga disebut-se­but sebagai pelaku peledakan di depan Ke­dubes Australia di Jakarta pada 2004.Para eksekutor itu adalah orang-orang yang terbuai oleh mentor-mentor yang sangat jago menginspirasi. Iqbal direkrut Imam Samudra, salah seorang tokoh kunci bom Bali. Setelah melihat "bakat'' Iqbal yang luar biasa, barulah Imam Samudra memperkenalkan kadernya tersebut kepada Dr Azhari Husein (tewas dalam penyergapan polisi di Batu). Perekrutan Asmar Latin Sani lewat pasukan khos yang dibangun Azhari pada 2003. Azhari pernah tinggal di rumah Asmar di Bengkulu. Karena itulah, Asmar yang bekerja sebagai tukang fotokopi dibimbing langsung oleh Azhari Husein dan Noordin M. Top. Azhari dan Noordin M. Top dulu berbagi tugas. Azhari, doktor lulusan Reading University, Inggris, dikenal jago meracik bom. Dia adalah guru para peracik bom kelompok teroris itu. Azhari yang berasal dari Malaysia mungkin telah meninggalkan anak asuh yang sangat berbahaya dan berkembang di mana-mana. Noordin dikenal sebagai ideolog jempolan. Dialah yang mengasah dan merangsang nyali para eksekutor pelaku bom bunuh diri. Dia sangat berbahaya karena dikenal sangat pandai merekrut kader. Licin bagai belut. Terbukti, sudah hampir satu dekade, polisi belum berhasil menangkapnya. Agar kader yang bersedia menjadi aktor bom bunuh diri itu semakin kuat hatinya, Noordin M. Top dan Azhari menyebut mereka dengan sandi "pengantin". Sebutan itu bukan sekadar bentuk sandi dalam komunikasi rahasia mereka. Juga bukan semata istilah asal-asalan. Para operator bom bunuh diri tersebut terbuai sebagai "pengantin" karena dianggap akan menuju pelaminan. Amrozi dalam beberapa kali wawancaranya me­nyatakan tak pernah takut dengan kematian. Dok­trin sudah tertancap di kepalanya bahwa dirinya sudah ditunggu bidadari di surga. Itulah yang mem­buat dia selalu tersenyum serta tak pernah terlintas wajah takut sedikit pun setelah ditangkap. Pelaku bom bunuh diri memang selalu mendapatkan perlakuan istimewa menjelang menjalani misi. Pimpinan Macan Tamil, organisasi separa­tis Sri Lanka, Velupillai Prabhakaran, selalu me­ngadakan jamuan makan paling nikmat dengan para anak buahnya yang akan melakukan misi bunuh diri. Dia menyuguhkan makanan ter­nikmat dan memperlakukan dengan istimewa ka­dernya yang akan menjalani tugas menukar nyawa lewat misi organisasinya. Macan Tamil berkali-kali melakukan aksi teror yang membuat pemerintah Sri Lanka panik. Kader bunuh diri itu tak pernah habis karena Prabhakaran tak pernah berhenti menyuguhkan sajian khusus buat kadernya. Kader pelaku bom bunuh diri dijadikan ''raja'' yang diperlakukan khusus. Kini, pemerintahan Sri Lanka merayakan kemenangan setelah Prabhakaran tewas dalam serangan militer pada perte­ngahan Mei 2009. Pelaku bom bunuh diri itu muncul lagi. Kali ini dua hotel mewah, Ritz-Carlton dan JW Mar­riott, yang menjadi sasaran. Kita semua ber­sedih dan berduka atas peristiwa yang tak ber­perikemanusiaan itu. Dunia mengutuknya. Apakah pelakunya juga seorang ''pengantin''? Padahal, sejumlah tokoh kunci kelompok Azhari cs yang menjadi pelaku teror pada per­tengahan 2000-an sudah tewas. Di antaranya, Azhari sendiri, Amrozi, dan Imam Samudra. Atau mungkin pelaku bom terakhir itu adalah pe­ngantin baru binaan Noordin M. Top, sosok mis­terius yang masih berkeliaran. Atau mungkin juga dari kelompok lain dengan misi yang ber­beda? Yang jelas, masyarakat ingin semua aksi teror tersebut dihentikan. Ini­lah tugas be­sar polisi dan intelijen kita untuk memberangus hingga ke akar kelompok te­ror itu. Jangan lagi ada "pengantin" yang mem­bawa maut tersebut. (*)

No comments:

Post a Comment