Menjadi pelaku bom bunuh diri membutuhkan nyali yang sangat tinggi. Sulit membayangkan apa yang ada di benak mereka. Umpamanya, mereka melakukan eksekusi pagi hari, apakah di malam hari bisa tidur nyenyak? Apakah mereka sudah meraba-raba alam di sana setelah kematian itu? Hanya mereka yang bernyali besar yang bisa melewati masa-masa jelang ajal tersebut. Pelaku bom bunuh diri tak pernah habis. Serentetan serangan teror menunjukkan, orang bernyali besar tersebut selalu muncul. Saat bom Bali I yang meluluhlantakkan Kuta, seorang laki-laki dari desa terpencil di Banten bernama Iqbal membawa bom yang menewaskan lebih dari 200 orang tak berdosa. Saat bom Marriott pada 2003, kepala Asmar Latin Sani terlepas hingga ke lantai tiga saat bom yang dibawanya meledak meluluhlantakkan hotel megah itu. Heri Gulon, pemuda asal Jawa Barat, juga disebut-sebut sebagai pelaku peledakan di depan Kedubes Australia di Jakarta pada 2004.Para eksekutor itu adalah orang-orang yang terbuai oleh mentor-mentor yang sangat jago menginspirasi. Iqbal direkrut Imam Samudra, salah seorang tokoh kunci bom Bali. Setelah melihat "bakat'' Iqbal yang luar biasa, barulah Imam Samudra memperkenalkan kadernya tersebut kepada Dr Azhari Husein (tewas dalam penyergapan polisi di Batu). Perekrutan Asmar Latin Sani lewat pasukan khos yang dibangun Azhari pada 2003. Azhari pernah tinggal di rumah Asmar di Bengkulu. Karena itulah, Asmar yang bekerja sebagai tukang fotokopi dibimbing langsung oleh Azhari Husein dan Noordin M. Top. Azhari dan Noordin M. Top dulu berbagi tugas. Azhari, doktor lulusan Reading University, Inggris, dikenal jago meracik bom. Dia adalah guru para peracik bom kelompok teroris itu. Azhari yang berasal dari Malaysia mungkin telah meninggalkan anak asuh yang sangat berbahaya dan berkembang di mana-mana. Noordin dikenal sebagai ideolog jempolan. Dialah yang mengasah dan merangsang nyali para eksekutor pelaku bom bunuh diri. Dia sangat berbahaya karena dikenal sangat pandai merekrut kader. Licin bagai belut. Terbukti, sudah hampir satu dekade, polisi belum berhasil menangkapnya. Agar kader yang bersedia menjadi aktor bom bunuh diri itu semakin kuat hatinya, Noordin M. Top dan Azhari menyebut mereka dengan sandi "pengantin". Sebutan itu bukan sekadar bentuk sandi dalam komunikasi rahasia mereka. Juga bukan semata istilah asal-asalan. Para operator bom bunuh diri tersebut terbuai sebagai "pengantin" karena dianggap akan menuju pelaminan. Amrozi dalam beberapa kali wawancaranya menyatakan tak pernah takut dengan kematian. Doktrin sudah tertancap di kepalanya bahwa dirinya sudah ditunggu bidadari di surga. Itulah yang membuat dia selalu tersenyum serta tak pernah terlintas wajah takut sedikit pun setelah ditangkap. Pelaku bom bunuh diri memang selalu mendapatkan perlakuan istimewa menjelang menjalani misi. Pimpinan Macan Tamil, organisasi separatis Sri Lanka, Velupillai Prabhakaran, selalu mengadakan jamuan makan paling nikmat dengan para anak buahnya yang akan melakukan misi bunuh diri. Dia menyuguhkan makanan ternikmat dan memperlakukan dengan istimewa kadernya yang akan menjalani tugas menukar nyawa lewat misi organisasinya. Macan Tamil berkali-kali melakukan aksi teror yang membuat pemerintah Sri Lanka panik. Kader bunuh diri itu tak pernah habis karena Prabhakaran tak pernah berhenti menyuguhkan sajian khusus buat kadernya. Kader pelaku bom bunuh diri dijadikan ''raja'' yang diperlakukan khusus. Kini, pemerintahan Sri Lanka merayakan kemenangan setelah Prabhakaran tewas dalam serangan militer pada pertengahan Mei 2009. Pelaku bom bunuh diri itu muncul lagi. Kali ini dua hotel mewah, Ritz-Carlton dan JW Marriott, yang menjadi sasaran. Kita semua bersedih dan berduka atas peristiwa yang tak berperikemanusiaan itu. Dunia mengutuknya. Apakah pelakunya juga seorang ''pengantin''? Padahal, sejumlah tokoh kunci kelompok Azhari cs yang menjadi pelaku teror pada pertengahan 2000-an sudah tewas. Di antaranya, Azhari sendiri, Amrozi, dan Imam Samudra. Atau mungkin pelaku bom terakhir itu adalah pengantin baru binaan Noordin M. Top, sosok misterius yang masih berkeliaran. Atau mungkin juga dari kelompok lain dengan misi yang berbeda? Yang jelas, masyarakat ingin semua aksi teror tersebut dihentikan. Inilah tugas besar polisi dan intelijen kita untuk memberangus hingga ke akar kelompok teror itu. Jangan lagi ada "pengantin" yang membawa maut tersebut. (*)
Monday, July 20, 2009
Pengantin yang Tak Pernah Habis
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment