Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, July 20, 2009

Militer Bisa Jadi Sasaran Berikutnya

PENGAMAT politik LIPI Hermawan Sulistyo me­nilai, instalasi militer dimungkinkan menjadi sa­saran teror bom berikutnya. Mengikuti pola te­rorisme di luar negeri, instalasi militer selalu men­jadi target lanjutan setelah berhasil melakukan te­ror bom di objek vital tanpa korban dan teror bom di lokasi konsentrasi warga sipil terpilih.''Kalau berbicara pola (teror), bisa jadi (sasaran be­rikutnya) militer,'' ujar profesor riset bidang per­kembangan politik itu dalam sebuah diskusi di Jakarta kemarin (18/7). Sosiolog yang pernah men­jadi konsultan Polri dalam penyelidikan bom Bali itu mengatakan, teror di objek vital tanpa korban dilakukan di tempat parkir bawah tanah Bursa Efek Jakarta (BEJ).Setelah itu, teror meningkat ke objek-objek konsentrasi warga sipil terpilih. Mulai kediaman Dubes Fil­ipina hingga bom Bali II, dan Kedubes Australia. ''Ingat, di Amerika, setelah menyerang WTC, teroris juga berusaha menyerang Pentagon (Departemen Pertahanan AS),'' paparnya.Hermawan menyatakan belum memahami motif uta­ma serangkaian teror bom di Mega Kuningan, Ja­karta, itu. Namun, dia meyakini teror tersebut ti­dak terkait penyelenggaraan pemilu presiden (pilpres). ''Itu terlalu jauh,'' katanya. Menurut dia, polisi tidak akan kesulitan meng­ung­kap apakah teror tersebut dilakukan kelompok la­ma yang bermotif ideologi atau kelompok baru yang bermotif politik. Polri cukup mencocokkan de­­to­nator yang ditemukan di JW Marriott dan Ritz-Charl­ton dengan detonator dalam teror-teror bom se­belumnya. Soalnya, jauh lebih sulit mencari de­tonator bila dibandingkan dengan mencari bahan peledak low explosif. ''Tinggal dilihat saja. Kalau de­tonatornya buatan India, hampir pasti pelakunya adalah kelompok lama. Kalau detonatornya berbe­da, bisa jadi itu dilakukan pemain baru atau pelaku yang baru bergabung dengan pemain lama,'' tandasnya.Pernyataan berbeda disampaikan mantan Gubernur Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Faruq Mu­ham­mad. Dia menilai, insiden tersebut bisa saja ber­motif politik, namun tidak dilakukan kandidat ca­pres dan cawapes yang kalah di pemilu presiden, melainkan pendukung-pendukungnya. ''Seperti se­pak bola, kalau tim kalah, suporternya bisa saja ke­cewa. Kekecewaan yang besar itu bisa berubah me­n­jadi ideologi,'' kata dia. (noe/oki)




No comments:

Post a Comment