Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Monday, July 20, 2009

Indonesia Tak Mengenal Aksi Teror dan Kekerasan

JAKARTA - Sebagai negara yang sangat toleran, Indonesia sama sekali tak mengenal aksi teror dan kekerasan. Kalaupun ada aksi terror, itu biasanya datang dari luar kawasan Indonesia. Baik itu dilakukan sendiri oleh warga negara asing maupun dengan menginfiltrasi pemikiran umat beragama di Indonesia.''Jadi, tidak benar kalau ada ke­lompok domestik Indonesia yang berniat melakukan teror,'' kata Ketua Umum PB NU Hasyim Mu­­zadi dalam doa bersama tokoh lintas agama untuk korban teror bom JW Marriott dan Ritz-Carlton di Bellagio Mall Atrium, Mega Kuningan, Jakarta, kemarin (20/7).Acara tersebut dihadiri wakil dari perwakilan umat Buddha, Hindu, Konferensi Wali Gereja Indonesia, dan Persekutuan Gereja Indonesia. Hadir pula Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto. ''Salah kalau bilang Indonesia is the center of terrorism. Yang benar, Indonesia is the victim of global terrorism,'' tambah Hasyim.Dia kembali menegaskan bahwa dalam Islam, pengertian jihad bukan teror dan teror bukan jihad. Hasyim lantas mencontohkan peristiwa pengeboman dua hotel di kawasan Mega Kuningan pada 17 Juli lalu. Menurut dia, tragedi itu terjadi karena kesalah­an pemahaman agama yang terjadi pada segelintir orang.Dia mengingatkan, jalan kekerasan juga pernah dilakukan sekelompok umat Kristen di Belfast, Irlandia; sekelompok umat Hindu di Ayodhya, India Selatan; dan sekelompok orang di Thailand Selatan. Meski begitu, Hasyim menegaskan, semua praktik kekerasan itu sejatinya tidak mewakili ajaran agamanya masing-masing.''Jangan ada interpretasi dari kita semua bahwa teror adalah ajaran agama,'' tegasnya. Pemahaman ini sudah disepakati semua agama besar di dunia. ''Tidak ada perbedaan pandangan agama-agama di dunia terhadap terorisme,'' katanya.Hasyim menilai, selama lima sampai sepuluh tahun belakangan, Indonesia sudah memiliki prestasi luar biasa dalam pencegahan aksi terorisme. Para tokoh agama sudah bersatu melakukan klarifikasi kepada umatnya masing-masing. Ditambah lagi lang­kah keamanan yang mau berorientasi kepada keadilan, bukan hanya kekuasaan.''Akhirnya, pelan-pelan (pena­nganan terorisme) ini bisa ditingkatkan. Kita sukses mengatasi teror dengan hukum, bukan dengan teror. Sebab, mengatasi teror dengan teror hanya menimbulkan terorisme baru,'' tandasnya.Cawapres pasangan Megawati, Pra­bowo Subianto, juga berpandangan, Indonesia sebenarnya sudah relatif baik menghadapi terorisme. Terutama jika dibandingkan dengan India, Pakistan, dan Afgha­nistan. Namun, tetap saja selalu ada orang-orang ekstrem radikal yang bisa berbuat onar dan jahat.''Seluruh negara di dunia mengalami kesulitan menghadapi orang-orang seperti ini. Di Indonesia tidak banyak, tapi kita memang harus waspada. Ini negara besar, perbatasan begitu luas, orang asing bisa menyusup ke da­lam,'' katanya.Setelah penyelidikan aparat keamanan semakin mengarah bahwa pelaku pengeboman tidak ber­kaitan dengan pilpres, perlukah SBY menyampaikan permintaan maaf ? ''Ah, saya selalu memilih untuk berpikir positif,'' jawabnya, lantas tersenyum. Se­te­lah doa bersama, para tokoh lintas agama menutup seremoni acara dengan meletakkan karang­an bunga mawar di lokasi pengeboman. (pri/fal/oki)

No comments:

Post a Comment