Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Wednesday, July 15, 2009

Eksperimen Mars BerakhirMOSKOW - Hidup terisolasi dari dunia luar selama berbulan-bulan sungguh membosankan. Ini pula yang dirasakan tujuh relawan eksperimen Mars. Karena itu, mereka tak mampu menyembunyikan kebahagiaan begitu simulasi 105 hari perjalanan menuju planet terdekat dengan bumi itu berakhir Selasa (14/7). ''Apa yang kami lakukan penting untuk misi penjelajahan masa depan sistem tata surya,'' kata Simonetta Di Pipo, direktur program penerbangan manusia luar angkasa dari Agen Luar Angkasa Eropa seperti dikutip Associated Press.Para relawan dipimpin Sergei Ryazansky. Anggota timnya empat orang dari Rusia, sisanya masing-masing seorang dari Jerman dan Prancis. Keenam awak yang didominasi insinyur itu terpilih dari 6.000 pelamar yang masuk. Untuk penelitian ini, mereka menerima bayaran USD 20.987 (Rp 213,2 juta) per kepala. Dalam penelitian yang dijalani sejak Maret lalu, mereka harus rela hidup tanpa internet. Salah satu jalan berkomunikasi dengan dunia luar hanya melalui alat kontrol penelitian. Yaitu, berupa alat monitor via kamera TV yang dilengkapi sistem e-mail internal. Bahkan, komunikasi dengan dunia luar dibuat lebih lambat 20 menit supaya sama seperti kondisi nyata penerbangan luar angkasa.Interior dalam pesawat memiliki lubang seperti di kapal selam. Lengkap dengan papan dengan gaya dan struktur asli Soviet era 1970-an. Setiap kru punya kabin sendiri. Untuk menghindari kepenatan, pesawat simulasi dilengkapi taman kecil. Awak juga dimanjakan dengan fasilitas gym terbaru dari Eropa dan Rusia. Alat fitnes itu digunakan untuk pelatihan dan penelitian biomedis. Mereka juga mendapatkan daging untuk makanannya. Begitu juga toilet yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Ryazansky pada konferensi pers Selasa (14/7) di institusi penelitian yang bermarkas di dekat Kremlin itu menceritakan sisi terburuk pengalamannya. ''Hal tersulit dari rencana perjalanan 276 kilometer ini adalah terkunci di ruang tanpa jendela dalam kaleng logam seukuran mobil,'' aku astronot yang ketika itu mengenakan seragam parasut biru bertuliskan MARS 500. Alexey Baranov, anggota kru, juga mengeluhkan kondisi selama isolasi. ''Terpisah dengan (pasangan) cintaku dan alam amat membuatku tertekan,'' tuturnya. Berbagai keluhan itu ditanggapi psikolog Olga Shevhenko. Dia menegaskan, para awak dapat menghindari konflik antarkru karena memiliki jadwal yang padat. Waktu mereka juga dihabiskan untuk berlatih fisik dan penelitian. ''Bagaimanapun, mereka tetap mengeluh karena terpisah dari dunia dan keluarga,'' tandasnya. Pihak Institut Masalah Medis dan Biologi memuji penelitian tersebut dan berjanji mengadakan 500 hari simulasi serupa pada akhir tahun. Namun, beberapa veteran yang pernah mengikuti program serupa malah meragukannya. ''Ini tak ada artinya. Layaknya ujian isolasi yang lama bagi orang kebanyakan,'' ujar kosmonot Valentin Lebedev pada kolom harian Sovietskaya Rossiya bulan lalu. Penelitian ini yang kedua bagi institusi penelitian Moskow. Sebelumnya pada 1999 mereka melakukan simulasi serupa. Namun, uji coba itu berakhir karena peserta wanita asal Kanada kesal gara-gara dicium secara paksa oleh kapten pesawat. Dia juga mengeluhkan pertengkaran dua anggota kru Rusia yang berkelahi hingga membuat darah berceceran di tembok. (war/ami)

No comments:

Post a Comment