NTTIndonesia patut bangga. Sebab, Taman Nasional Komodo di NTT, yang di dalamnya dihuni ribuan komodo, menjadi salah satu nomine dalam New 7 Wonders of Nature (tujuh keajaiban baru alam). Apakah hewan-hewan langka itu cukup terawat di sana? ---TAMAN Nasional Komodo (TNK) meliputi tiga pulau: Rinca, Padar, dan Komodo. Pintu utama masuk ke TNK adalah Pelabuhan Labuan Bajo, yang merupakan ibu kota Kabupaten Manggar, NTT. Jika ingin melihat langsung komodo, datang saja ke Pulau Rinca atau Komodo. Selain melalui Pelabuhan Labuan Bajo, kita bisa juga masuk dari Pelabuhan Sape di Kabupaten Bima, NTB. Belakangan banyak paket wisata dari Bali dengan perahu berbentuk pinisi tetapi bermesin. Paket wisata seperti itu berangkat dari Bali dan langsung menuju ke Pulau Komodo serta beberapa pulau lain di sekitarnya yang menawarkan objek wisata pantai, snorkling, atau diving. Baru kemudian wisatawan diajak ke Labuan Bajo.Wisatawan yang benar-benar ingin melihat komodo sebaiknya mengunjungi Pulau Rinca sebagai pilihan utama. Meski populasi komodonya sama, Pulau Rinca lebih kecil bila dibandingkan dengan Pulau Komodo.Di Pulau Rinca, penyebaran binatang itu tidak terlalu luas sehingga lebih mudah ditemukan. ''Penyebaran komodo di Pulau Komodo lebih melebar karena wilayahnya lebih luas, sehingga komodo di sana lebih jarang terlihat,'' kata Vion Keraf, ranger di Pulau Rinca.(Seperti dijelaskan di berita kemarin, ranger adalah sebutan pendamping pengunjung yang ingin melihat komodo dari dekat. Mereka adalah polisi hutan atau guide dari Putri Naga Komodo (PNK), yang ditunjuk untuk mengelola TNK sebagai objek wisata).Bahkan, di musim kawin pada Juni-Juli, semakin jarang terlihat komodo di track (jalan setapak) yang disiapkan bagi wisatawan. Ketika Jawa Pos ke Pulau Komodo awal Juli lalu, ranger di sana harus memancingnya keluar. ''Kemarin kami temukan babi hutan mati. Kami gantung bangkainya di pohon dekat track untuk mengundang komodo,'' jelas David, ranger senior di Pulau Komodo.Pancingan itu berhasil. Ketika Jawa Pos bersama sepasang wisatawan asal Spanyol, sepasang asal Austria, dan seorang asal Inggris, melintas di track dengan pohon itu, terlihat tiga komodo berukuran panjang 1,5-2 meter sedang menunggu di bawah babi itu tergantung.Babi itu sengaja digantung dengan posisi agak tinggi sehingga komodo tidak bisa dengan cepat meraihnya. Sebab, begitu berhasil meraih bangkai babi hutan itu, dipastikan komodo-komodo tersebut pergi lagi, dan sulit bagi wisatawan untuk melihatnya.Meski demikian, dipastikan komodo itu bisa meraih bangkai babi hutan itu. ''Komodo remaja akan dengan cekatan memanjat pohon sampai ke cabang tempat babi tadi digantung,'' tambah David.Itulah satu-satunya kesempatan melihat komodo di Pulau Komodo setelah dua jam melakukan tracking, yakni berjalan menyusuri pulau tersebut dengan kondisi jalur naik-turun. Karena itu, ranger sering merasa kasihan kepada wisatawan yang sudah jauh-jauh datang, tapi tidak berhasil melihat komodo. ''Pancingan seperti itu adalah salah satu cara mengundang komodo,'' ujar David.Pancingan dengan bangkai babi hutan dilakukan karena komodo memang memiliki penciuman yang tajam. Mereka bisa mencium bau darah atau bangkai dari jarak sekitar sembilan kilometer. Yang unik, indera penciuman komodo bukan di hidung, melainkan di ujung lidahnya yang bercabang itu. ''Karena itu, perempuan yang sedang haid kami larang mendekat ke area yang biasa menjadi perlintasan komodo,'' jelas David.***Jika di Pulau Komodo sulit mendapati komodo, berbeda dengan di Pulau Rinca. Meski sama-sama sedang dalam musim kawin, di Pulau Rinca lebih mudah melihat komodo berkeliaran. Tidak lebih dari seperempat jam sejak turun dari dermaga Loh (teluk) Buaya di Pulau Rinca, sudah terlihat lima komodo, dua di antaranya berukuran besar. Komodo-komodo tersebut merayap di halaman dan bawah kolong pos ranger.Padahal, dalam perjalanan menuju pos tersebut mulai gerbang masuk tidak terlihat ada seekor pun komodo di sana. Menurut Vion, ranger di pulau itu, binatang tersebut terpancing bau sisa makanan yang dibuang. ''Kami baru saja makan siang,'' katanya saat bersiap mengantarkan Jawa Pos berkeliling Pulau Rinca untuk melihat komodo.Dalam perjalanan menyusuri track wisata selama dua jam, terlihat lagi dua komodo. Seekor di antaranya berukuran besar dengan panjang sekitar 2,5 meter berjalan di track wisatawan dari arah berlawanan. Ranger Vion pun maju terlebih dahulu. Dia siap dengan tongkat kayu panjang yang ujungnya bercabang. Tongkat dengan ujung bercabang itu memang menjadi bekal wajib untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan serangan komodo. Begitu komodo mendekat, ranger akan mengarahkan ujung tongkat yang bercabang tersebut ke leher komodo. Dengan cara itu komodo akan menghindar. Itu hanya dilakukan dalam keadaan terpaksa, saat komodo sudah benar-benar mendekat.Saat itu ranger Vion mengalihkan perhatian komodo dengan memukul-mukul semak di tepi track. Komodo itu terpancing dan berpindah dari track tersebut.Versi lain menyebutkan, tongkat bercabang itu untuk mengelabui komodo bahwa ada komodo lain yang lebih besar daripadanya. Lidah komodo memang bercabang sehingga mereka mengira tongkat dengan ujung bercabang itu sebagai lidah komodo lain.Seekor lagi tampak dalam perjalanan menuju savana di puncak bukit. Selain melihat komodo, dalam tracking di Pulau Rinca selama dua jam itu, sempat terlihat kerbau liar, babi hutan, dan rusa.Selain binatang-binatang itu, Rinca menjadi habitat kuda liar. Lokasinya sekitar sembilan kilometer dari pos ranger. Binatang-binatang tersebut adalah makanan komodo, yang menjadi puncak dalam rantai makanan di pulau itu. Tidak ada yang memangsa komodo selain kawanan mereka sendiri. ''Ketika komodo semakin tua, mereka akan menjadi sasaran empuk bagi yang lebih muda,'' jelas Vion.Komodo yang baru lahir pun terancam disantap komodo dewasa, bahkan oleh induknya sendiri. Karena itu, bayi komodo yang baru menetas akan berusaha secepatnya memanjat pohon yang tinggi. Mereka bertahan di atas pohon sampai berusia 2-3 tahun, ketika sudah cukup kuat untuk berkompetisi melawan komodo lain.Komodo di Pulau Rinca terkesan lebih liar, ganas, dan agresif dibanding yang berada di Pulau Komodo. Itu tidak lepas dari kehidupan komodo di Pulau Komodo yang berdampingan dengan masyarakat di Kampung Komodo, di sisi timur pulau tersebut.Komodo di pulau tersebut lebih mudah mendapat makanan dari sisa-sisa makanan warga Kampung Komodo. Sedangkan yang berada di Pulau Rinca lebih liar karena harus mencarinya sendiri secara alami.Meski begitu, komodo terbesar yang pernah ditemukan justru berada di Pulau Komodo. ''Panjangnya 3,08 meter dengan berat sekitar 110 kilogram,'' papar Andy Kefe, ranger berdarah Timor Leste yang ditemui Jawa Pos di Pulau Komodo.***Bagi wisatawan yang gemar berpetualang, perjalanan menuju dan dari TNK bisa jadi pengalaman yang memacu adrenalin. Selat Sape (tempat tersebarnya Pulau Rinca, Padar, dan Komodo) adalah pertemuan arus dua samudera besar, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.Bentuknya yang menyempit seperti leher botol membuat arus dari kedua samudera masuk dengan deras. Pertemuan dua arus deras itu menciptakan gelombang besar dan juga pusaran.Hal itu terasakan dalam perjalanan dari Pulau Komodo menuju Labuan Bajo. Sekitar 20 menit, perahu nelayan yang ditumpangi Jawa Pos harus terguncang karena gempuran ombak dengan tinggi hampir satu meter.Hidung perahu terlihat beberapa kali naik turun. Sebagian dari sekitar 30 penumpang, yang semula tidur atau sekadar rebahan, harus bangkit. Mereka yang seluruhnya - selain wartawan dan fotografer Jawa Pos-warga nelayan di Pulau Komodo, menyadari sesuatu yang serius sedang dihadapi perahu mereka.Kepala Desa Komodo Haji Adam, yang sebelumnya juga rebahan, sudah terlebih dahulu bangkit. Beberapa kali dia meneriaki kapten dan juru mudi kapal dalam bahasa lokal. Sepertinya dia sedang memberi komando. Geladak perahu pun basah oleh ombak yang mengempas lambung kapal. Beberapa kali penumpang yang berpengalaman itu bersama-sama pindah ke bagian kiri perahu atau kanan secara bersamaan untuk mengimbangi perahu yang oleng ke kanan atau ke kiri. Jawa Pos hanya mengikuti gerakan mereka.Layar di bagian depan yang semula dibentangkan pun diturunkan. Tirai terpal di kanan-kiri perahu yang berfungsi menahan percikan ombak juga digulung.Berbagai upaya tersebut akhirnya berhasil membebaskan perahu dari gempuran ombak setelah berjuang sekitar 20 menit. Setelah situasi reda, seorang penumpang menuturkan bahwa perahu tadi sedikit terbawa arus dan keluar jalur terlalu ke kiri. (ruk/kum)
Tuesday, July 14, 2009
Taman Nasional Komodo Masuk Nominasi New 7 Wonder of Nature
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment